Sepenggal Kisah Bangsa Toba dari Sisi Marga Napitupulu – bagian 2

Kemiripan Toba dan Toraja

Suku Bangsa Toba mempunyai kemiripan atau boleh saya katakan kesamaan dengan suku bangsa Toraja. Mengapa saya katakan demikian?

Pertama, hasil budaya keduanya sangat mirip mulai dari hasil tenun kain, rumah adat, hingga acara adat.

Hasil tenun kain Toba disebut kain Tenun Ulos umumnya bermotif garis vertikal, horisontal dan ukiran (gorga) dengan  warna dominan merah, hitam dan putih yang kerap dihiasi benang emas atau perak,  sedangkan hasil tenun ikat Toraja disebut Tenun Toraja umumnya bermotif garis vertikal, paruki dan parumba dengan warna dominan hitam, cokelat, biru tua dan merah.  Kedua tenun kedua suku bangsa ini digunakan untuk acara adat khusus selain perlambang kehormatan. 

Rumah adat khas Toba adalah bentuk atapnya melengkung dan pada ujung atap sebelah depan dilekatkan tanduk kerbau. Rumah khas tersebut dapat difungsikan sebagai tempat tinggal disebut Ruma atau tempat penyimpanan hasil tani (lumbung) disebut Sopo . Dinding rumah terdapat ukir-ukiran yang berwarna merah, putih dan hitam dikenal dengan nama gorga.

Untuk rumah adat khas Toraja dikenal dengan nama Tongkonan bentuk atapnya melengkung menyerupai perahu dan dibagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Umumnya di depan tongkonan dibangun lumbung padi yang disebut Alang yang depannya dihiasi ukiran bergambar ayam dan matahari dikenal dengan nama pa’bare allo, simbol untuk menyelesaikan perkara.

Upacara adat pernikahan dan kematian pada suku Toba sarat dengan perlakukan/prosesi  khusus seperti alunan musik seperti gondang dan uning-uningan, menari (manortor), pemberian ulos (mangulosi) dan jamuan makan besar. Pada acara pernikahan ada syarat mahar yang patut disepakati kedua keluarga perempuan dan laki-laki, disebut dengan sinamot. Pada acara kematian bilamana  mendiang yang akan dikuburkan sudah sempurna beranak cucu-cicit maka upacara dapat berlangsung hingga seminggu penuh dan dengan kegembiraan.

Demikian juga dengan upacara adat pernikahan suku Toraja sarat dengan perlakukan/prosesi  khusus seperti arak-arakan dengan Payung Kebesaran sebelum ke pelaminan dan jamuan makan besar dan minum tuak.  Upacara adat kematian juga sarat prosesi  yang mewah dikenal dengan nama Rambu Solo sebagai wujud penyempurnaan kematian, diawali dengan perarakan kerbau, pertunjukan musik daerah, pertunjukan tarian adat, pertunjukan adu kerbau hingga penyembelihan kerbau yang hingga bernilai milyaran sebagai hewan kurban.

Baik suku Toba maupun suku Toraja meyakini mitos bahwa nenek moyang mereka berasal dari nirwana dengan gelar Batara Guru yang berasal dari bahasa Sanskritt (Bhatara)Batara guru dalam mitologi suku Toba adalah anak dari dewa tertinggi, Mulajadi Na Bolon yang menguasai bumi. Begitu juga dengan Batara Guru dalam mitologi suku Toraja juga anak seorang dewa tertinggi, Sang Patotoqe atau Pong Banggai di Rante bertugas menguasa bumi.

Dari ketiga parameter tersebut di atas, besar dugaan Toba dan Toraja berasal dari populasi moyang yang sama. Pertanyaannya adalah mana yang tua atau si-abangan mana yang muda atau si-adek-an.

Sebelum melangkah jauh kepada sisi asal-muasal lebih dalam, ada baiknya membaca bagian ketiga perihal teori DNA terbaru asal-usul ras manusia dikaitkan dengan kedua suku dan penuturan sejarah mengenai keduanya pada bagian ketiga selanjutnya. (jkt-24052017)

www.edrolnapitupulu.com.

Lanjut ke bagian 3

Sepenggal Kisah Bangsa Toba dari Sisi Marga Napitupulu – bagian 1

Toba 1

Napitupulu.

Sebuah nama marga di suku Toba, Sumatera Utara. Menurut silsilah keluarga, saya berada pada garis keturunan no. 14 dari garis Napitupulu Sieang. Almarhum bapak saya beserta keluarga pendahulu kami telah lama bermukim di Desa Parsambilan, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Samosir.

Saya sendiri dalam catatan kependudukan atau sipil secara sadar oleh kedua orang tua yang merantau ke tana batavia tidak dicantumkan. Alasan mereka saat saya tanya adalah untuk mempermudah pengurusan karena sentimen ras atau agama cenderung menyulitkan pengurusan akte kelahiran kala itu. Maka jadilah hingga sekarang, nama saya dalam register WNI tidak ada marganya.  Untuk memperbaiki agar marga tidak punah, maka keturunan saya saya sematkan sejak pertama kelahiran dengan nama belakang Napitupulu.

Tidak banyak literatur yang sahih perihal garis keturunan suku Toba moyang hingga masa kini. Setiap saya tanya ke para tetua marga, selalu bermula dari Raja Batak.  Nama Batak sendiri masih jadi belum kuat referensinya. Seperti diulas para ahli, Batak merupakan sebutan untuk kaum budak namun seiring perjalanan sejarah sebutan para penguasa untuk budak daerah Sumatera , Bata’menjadi nama suku yakni Batak.

Kitab kuno menyatakan bahwa keturunan manusia purbakala adalah dari Adam kemudian setelah peristiwa Bah maka keturunan manusia modern adalah dari Nuh. Dalam silsilah Batak, tak satu pun merunut pada nenek moyang pertama setelah Bah.  Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan garis keturunan yang lengkap mulai dari zaman Nuh hingga zaman sekarang.

Berdasarkan sejarah maupun literatur yang saya sempat telisik, suku Toba yang bermukim di Pulau Samosir maupun sekeliling pinggiran Danau Toba kemungkinan besar dan sangat mirip dengan suku purba di Sulawesi Selatan, yakni dari kerajaan Luwu.

Kerajaan Luwu adalah kerajaan purba yang menguasai wilayah Indonesia sekarang dan berdagang sekaligus bermigrasi hingga ke India, Afrika dan Cina.  Peradaban dan tanah tinggal penduduk atau suku Kerajaan Luwu sangat beragam mulai dari dataran tinggi, dataran rendah hingga pesisir pantai. Percampuran antar suku dataran tinggi dan suku pesisir sangat mungkin terjadi yakni suku Toraja dan suku Bugis.

Peranakan campuran ini suka berlayar dan berdagang melintasi perairan Selat Malaka maupun Laut China Selatan bahkan Samudera India.  Suatu  waktu mereka berlayar menuju Afrika melalui perairan Selat Malaka. Karena badai dan cuaca buruk sebelum masuk selat, mereka memutuskan menuju daratan terdekat menuju sungai. Melintaslah mereka melalui Sungai Asahan dan berujung ke daerah dekat  pinggiran Danau Toba. Bermukimlah mereka di sana dan beranak cucu, hingga berserak menyeberang ke dataran pulau Samosir.

Yang mempunyai garis keturunan Toraja (To Riaja) , bermukim di perbukitan pulau Samosir sekitar daerah Urat. Membangun peradaban suku dengan asas ketua adat dataran tinggi orang gunung, Raija. Guna mengingatkan kampung halaman mereka maka yaitu To Riaja, tetua kampung diberikan gelar “Riaja” yang memudahkan penyebutan menjadi “Raja”. Dari sinilah kemungkinan besar gelar Raja dari raja-raja suku Toba atau Batak Toba.

Mulai dari cara mendirikan rumah, tenun ikat, kepercayaan hingga bercocok tanam maka tak dapat dipungkiri suku Toba (Batak) adalah sub-suku dari suku Toraja (Toriaja).

Perihal deskripsi kesamaan kedua suku ini akan saya bahas di bagian kedua (2). (Jkt-22052017)
www.edrolnapitupulu.com

Lanjut ke bagian 2